"Pernah kukata, gumpalan awan bisa sangat menyembuhkan, sebuncah resah dan sembilu hatiku." Duh, ngomong apa sih? Anak itu mesti gitu. Tiba-tiba lho, ngigau nggak juelas. Meski, yah, ada benernya sih. Kalau pas lagi sedih terus melihat langit itu... sedihnya jadi berkurang. Kayak ada saklar yang bikin ganti suasana ketika mendongakkan kepala. Suatu saat kutanya, hei, liat langit terus, nggak bosen apa? kayak orang ngelamun pingin terbang tau nggak.. Tapi nggak kesampaian. Kasihan. Dia cuman terkekeh. "Cuman begini yang bikin aku merasa menjadi diriku sendiri, menyatukan kembali bagian dari diriku yang terserakan karena distraksi.. Langit itu, di ujung sana, rasanya seperti tempat kembali." Nggh. Cegek, kedua puluh tiga kali. Dan.. kata-katanya selalu kuulang seperti rekaman kaset yang diputar pakai pensil, perlahan sambil dikira-kira sejauh mana ingin kuulang perkataannya. Bener lagi. Katanya nenek moyang kita memang berasal dari ujung langit bernama su...