Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata
Saya punya teman bernama Nezha yang selalu terdengar
lucu sekali tiap kali ia bicara atau bercerita. Ketika bercerita tentang
jalan-jalan misalnya, pasti ia mengatakan brum-brum,
ngeng-ngeng, atau suara lain yang ia sebutkan berikut nada suaranya yang
menjadi hiburan tersendiri bagi pendengarnya. Lebih seru dan menarik rasanya
jika ia bercerita menggunakan bunyi-bunyi ekspresif seperti itu meskipun
ceritanya sendiri biasa saja. Sampai pada akhirnya para volunteer Kafe Baca Ceria* agak ketagihan mendengar ceritanya –bunyi-bunyi
yang ia peragakan– dan menyebutnya sound
effect.
Ternyata bunyi-bunyi yang dirupakan kata
tersebut dinamakan onomatopoeia (mulai
sekarang kita singkat onom, ya). Kosakata yang terbentuk tidaklah memiliki makna atau arti tersendiri, hanya berupa bunyi saja. Di Jepang, terdapat banyak sekali onom yang
sering muncul di komik masa saya dulu saat masih kanak-kanak hingga sekarang. Yang
terkenal misalnya, bunyi zaaz atau zaa-zaa ketika hujan deras di komik
doraemon (entah edisi berapa, hehe) dan kyaa
saat Ran dan Sonoko berteriak karena melihat korban pembunuhan di komik
Detektif Conan.
Selain di Jepang, onom juga sering digunakan di
berbagai literasi di Indonesia. Mirip dengan yang saya sebutkan di awal, kata kring-kring yang merupakan bunyi telepon
atau bel, tok-tok yang berarti bunyi
pintu diketuk, dan hap (bunyi sesuatu
ditangkap) termasuk onom juga. Bahkan, onom tidak hanya menjadi sekadar bunyi
saja tetapi juga dapat menjadi kata sifat, misalnya, deg-degan. Di Bahasa
Inggris pun, terdapat kata kerja yang mirip onom, seperti clap (tepuk tangan) dan chop
(memotong).
Masih ada banyak lagi kosakata unik yang
berasal dari bunyi-bunyian terutama dalam bahasa Jepang, beberapa yang umum
ditemui di komik-komik diantaranya dapat dilihat di gambar.
kalau sempat dan boleh, puingin banget
merekam suara temanku itu pas lagi cerita :))
lho........
ReplyDelete