prokrastinasi mimpi

Aku pernah dengar seorang senior berkata, "Aku sendiri di sini ya berprofesi begini karenan tuntutan ZZZ. Aslinya yah, nggak mau aku, mending kuliah di luar kota, mengejar mimpiku sendiri."beliau berkata di ruangannya, tempat klien-klien mencari solusi dari masalah medis khas keahlian beliau. Ya, beliau memutuskan untuk menunda mimpi pribadinya untuk sesuatu yang beliau anggap sedang urgent dan lebih penting.

Entah sampai kapan.

Teman SMA juga begitu. Sampai akhirnya ia lewatkan berbagai kesempatan meraih emas olimpiade yang sudah lama ia geluti. Bahkan sejak SD. Demi satu hal yang, urgent dan penting.

Dan sampailah aku di sini...
Di tengah ambiguitas yang ada, aku harus memilih. Setidaknya, memfilter mimpi-mimpi pribadi mana yang sejalan dengan tuntutan. Kembali fokus pada tujuan.
Meski terkadang selalu ingin pergi.

Kenapa aku masih di sini...
Karena orang-orangnya? Lingkaran aktivitas yang bernilai positif?
Karena merasa usiaku tak lagi lama?
Tak ingin kisahku berakhir dalam kondisi seperti orang linglung, asik sendiri tapi nggak ada peninggalan yang berarti?

Karena aku yakin benar bahwa aku memang seharusnya berada di sini. Berbagai lingkaran yang saling beririsan itu hanyalah suatu media perjuangan. Definisi perjuangan? Ditentukan oleh diri sendiri, masing-masing.

Baru saja. Semua makanan enak itu keluar lagi. Asli enak padahal, terutama bagi orang flu yang lidah dan penciumannya nggak bisa diandalkan. Merasa khawatir dan merasa bersalah adalah faktor penyebab penyakit yang tidak begitu saintis tapi tepat untuk saat ini.

Semua itu adalah bagian dari definisi perjuangan. Sudah lupa memang memulainya darimana. Tapi aku sudah tahu dimana tepiannya dan ujung pasti yang jaraknya masih mengira-ngira. Dan Yang menjanjikannya.
Aku hanya perlu melihat lagi buku panduan dan terus berjalan, sambil sesekali numpang minum teh dan menelan kapsul habbatussauda.

Dan mimpi itu bagaimana datangnya? Jawabnya ada di ujung langit, kita ke sana dengan bekal amalan. Jadi ya, sudah kerjakan saja mimpi-mimpi itu. Kalau nggak bisa kesampaian sekarang, mungkin nanti. Yang penting prosesnya udah jalan, hasilnya terserah Tuhan. Belajar ikhlas dan tawakal mengerjakan segala hal.
bismillaah.

-randomly thought in very late night-

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu