Posts

Showing posts from 2015

prokrastinasi mimpi

Aku pernah dengar seorang senior berkata, "Aku sendiri di sini ya berprofesi begini karenan tuntutan ZZZ. Aslinya yah, nggak mau aku, mending kuliah di luar kota, mengejar mimpiku sendiri."beliau berkata di ruangannya, tempat klien-klien mencari solusi dari masalah medis khas keahlian beliau. Ya, beliau memutuskan untuk menunda mimpi pribadinya untuk sesuatu yang beliau anggap sedang urgent dan lebih penting. Entah sampai kapan. Teman SMA juga begitu. Sampai akhirnya ia lewatkan berbagai kesempatan meraih emas olimpiade yang sudah lama ia geluti. Bahkan sejak SD. Demi satu hal yang, urgent dan penting. Dan sampailah aku di sini... Di tengah ambiguitas yang ada, aku harus memilih. Setidaknya, memfilter mimpi-mimpi pribadi mana yang sejalan dengan tuntutan. Kembali fokus pada tujuan. Meski terkadang selalu ingin pergi. Kenapa aku masih di sini... Karena orang-orangnya? Lingkaran aktivitas yang bernilai positif? Karena merasa usiaku tak lagi lama? Tak ingin kisahku berakhir dala

Kapan lagi bisa begini

Ingin sekali membuat zine. Sebuah ruang alternatif untuk mengekspresikan diri. Sebab, menyebalkan jika melihat setumpukan draft yang berteriak minta dimerdekakan. Tapi perlu menyingkirkan kalut kemelut ini. Syuh syuh.

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Izinkan aku sekadar membangun ruang bagi impianku. Izinkan aku memanggilmu anda, supaya ada sedikit jarak yang membuatku lebih leluasa. Ruang itu kini membesar tetapi temboknya kian tipis dan transparan. Anda pun memaksa membuat keakuanku menjadi kita. Kita mengubah apa-apa yang sudah kuletakkan di sana, padahal dulu selalu pada tempatnya. Sampah itu kini tercipta meski tak kuizinkan keluar dari kotaknya. Biar, biar aku yang bertanggungjawab atasnya. Nantilah kubuang kapan-kapan saat tak ada orang. Biar kumengendap-endap di malam senyap supaya besok pagi semua senang. Maaf-ku tiba-tiba meloncat begitu saja hinggap pada tanda tanya. Tak kusangka perlahan kau, wujud revolusi dari anda, menyelidiki semua. Ketika ruang itu bergetar hebat, kau masih di sana entah menungguh runtuhnya. Tapi kemudian kau ambilkan selembar kertas origami berwarna. Lapuk-lapuk yang tak kumengerti kau tutupi dengan kerajinan bangau berdiri. Lalu kudengar ketel berbunyi, saatnya minum teh sambil

1: Just Me

"Pernah kukata, gumpalan awan bisa sangat menyembuhkan, sebuncah resah dan sembilu hatiku." Duh, ngomong apa sih? Anak itu mesti gitu. Tiba-tiba lho, ngigau nggak juelas. Meski, yah, ada benernya sih. Kalau pas lagi sedih terus melihat langit itu... sedihnya jadi berkurang. Kayak ada saklar yang bikin ganti suasana ketika mendongakkan kepala. Suatu saat kutanya, hei, liat langit terus, nggak bosen apa? kayak orang ngelamun pingin terbang tau nggak.. Tapi nggak kesampaian. Kasihan. Dia cuman terkekeh. "Cuman begini yang bikin aku merasa menjadi diriku sendiri, menyatukan kembali bagian dari diriku yang terserakan karena distraksi.. Langit itu, di ujung sana, rasanya seperti tempat kembali."  Nggh. Cegek, kedua puluh tiga kali. Dan.. kata-katanya selalu kuulang seperti rekaman kaset yang diputar pakai pensil, perlahan sambil dikira-kira sejauh mana ingin kuulang perkataannya. Bener lagi. Katanya nenek moyang kita memang berasal dari ujung langit bernama su

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

Image
Saya punya teman bernama Nezha yang selalu terdengar lucu sekali tiap kali ia bicara atau bercerita. Ketika bercerita tentang jalan-jalan misalnya, pasti ia mengatakan brum-brum, ngeng-ngeng , atau suara lain yang ia sebutkan berikut nada suaranya yang menjadi hiburan tersendiri bagi pendengarnya. Lebih seru dan menarik rasanya jika ia bercerita menggunakan bunyi-bunyi ekspresif seperti itu meskipun ceritanya sendiri biasa saja. Sampai pada akhirnya para volunteer Kafe Baca Ceria* agak ketagihan mendengar ceritanya –bunyi-bunyi yang ia peragakan– dan menyebutnya sound effect . Ternyata bunyi-bunyi yang dirupakan kata tersebut dinamakan onomatopoeia (mulai sekarang kita singkat onom, ya). Kosakata yang terbentuk tidaklah memiliki makna atau arti tersendiri, hanya berupa bunyi saja. Di Jepang, terdapat banyak sekali onom yang sering muncul di komik masa saya dulu saat masih kanak-kanak hingga sekarang. Yang terkenal misalnya, bunyi zaaz atau zaa-zaa ketika hujan deras d