2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Izinkan aku sekadar membangun ruang bagi impianku.
Izinkan aku memanggilmu anda, supaya ada sedikit jarak yang membuatku lebih leluasa.

Ruang itu kini membesar tetapi temboknya kian tipis dan transparan.
Anda pun memaksa membuat keakuanku menjadi kita.
Kita mengubah apa-apa yang sudah kuletakkan di sana, padahal dulu selalu pada tempatnya.

Sampah itu kini tercipta meski tak kuizinkan keluar dari kotaknya.
Biar, biar aku yang bertanggungjawab atasnya.
Nantilah kubuang kapan-kapan saat tak ada orang.
Biar kumengendap-endap di malam senyap supaya besok pagi semua senang.

Maaf-ku tiba-tiba meloncat begitu saja hinggap pada tanda tanya.
Tak kusangka perlahan kau, wujud revolusi dari anda, menyelidiki semua.
Ketika ruang itu bergetar hebat, kau masih di sana entah menungguh runtuhnya.
Tapi kemudian kau ambilkan selembar kertas origami berwarna.
Lapuk-lapuk yang tak kumengerti kau tutupi dengan kerajinan bangau berdiri.

Lalu kudengar ketel berbunyi, saatnya minum teh sambil merakit mimpi lagi.


*ceracau yang tak perlu siapapun mengerti*

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

Dimulai dari Sampah di Depanmu

Kemandirian Hari ke 3