Posts

Showing posts from February, 2018

Menerima Rezeki

Sungguh ingin sekali rasanya memiliki jiwa yang berkecukupan. Tidak mudah mengeluh atas pemberian apapun karena semuanya sudah ada yang ngatur. Tidak gampang lupa sama yang memberi karena kita diajarkan untuk ingat selalu cara berterima kasih. Seorang yang hidupnya sederhana bisa mencukupi kebutuhan diri bahkan memberi untuk orang lain di sekitarnya asalkan hatinya berkelimpahan. Pikiran tidak ruwet mencari pembenaran atas tuduhan kondisi yang menurutnya tidak mendukung keinginannya. CUKUP adalah tujuan utamanya. Kekurangan tidak dirasa karena yakin ada cukup banyak peluang datangnya rezeki kepada kita. Allah.... berikanlah kami kelapangan hati untuk dapat mudah bersyukur atas segala karuniamu :"

Catatan Keuangan Digital

Image
Hari ini saya mencoba untuk mengunduh dan memasang aplikasi keuangan yang bernama Household Account Book. Aplikasi finansial ini lucu dan unik sih menurut saya. Tampilannya yang memang berupa karakter manga yang bergerak-gerak ala boomerang membuat aplikasi ini jadi terlihat imut dan nggak seserius namanya. Saya coba untuk melihat-lihat fitur yang dibawa aplikasi bikinan jepang ini dan sangat cocok buat saya yang suka pencatatan ringkas dan sederhana. Aplikasi imut nan simpel untuk keuangan Aplikasi ini tergolong mudah digunakan alias user friendly . Saat masuk aplikasi, jangan lupa mengubah mata uang menjadi Indonesian Rupiah dari setting awalnya yang berupa mata uang yen Jepang. Tinggal klik others - setting - convert money . Lalu untuk mulai mencatat langkahnya cukup simpel. Kita langsung diberikan opsi untuk mengisi catatan dengan mengetikkan jumlah uang dalam tampilannya yang seperti kalkulator. Lalu disimpan dalam kategori yang kita inginkan, apakah pembayaran (paid) atau

Bisnis di Masa Kecil

Saya ingin sekali membuka usaha bisnis sesuatu sejak dulu. Tapi seringkali mentok karena merasa tidak cukup modal untuk memulainya. Namun, seiring berjalannya waktu saya mengamati bahwa orang-orang yang memulai usaha itu tidak selalu menunggu punya modal uang banyak. Bahkan ada yang hanya bermodal kartu nama atau malah tidak bermodal uang sama sekali atau biasanya disebut modal dengkul. Keinginan saya memulai bisnis ini sebenarnya sudah sempat terwujud sejak kelas 1 SD dimana saya dan sahabat saya memetik kembang sepatu dan menggunakan dasar bunga serta mahkotanya untuk membersihkan sepatu sekolah (terbuat dari kulit sintetis). Setiap teman yang kami tawari untuk dibersihkan sepatunya bersedia menghargai 100 rupiah per pasang sepatu. Jangan dibayangkan sepatunya orang dewasa yang guede ya.. Ini kan sepatu anak-anak, jadi mestinya nggak berat membersihkannya >.< Di kelas tinggi (kelas 4-6 SD) saya juga membuka bisnis bersama teman-teman segeng dan se-anjem (antar jemput becak)

catatan keuangan

saya dulu masih rajin bikin tabel pengeluaran dan pemasukan. tapi makin lama makin sok sibuk ._. saya cuman mengandalkan nota dan catatan insidental kalau ada pengeluaran yang agak banyak. sisanya terlupakan *tutup muka* biasanya sekarang sih saya memastikan nggak ada hutang yang belum terlunasi dalam satu minggu. lalu memastikan tetap ada simpanan cash selain tabungan di bank. catatan keuangan untuk sementara hanya di buku jurnal harian aja dan itupun nggak yang rapi buanget, ya cuman coret-coretan buat totalan *kemudian menyesal kenapa kebanyakan belanja buku*

Bersih-bersih Finansial

Rasanya zaman sekarang hidup halal adalah suatu hal yang ideal. Sedangkan bagi sebagian orang, menjadi ideal itu hampir nggak mungkin karena hampir semua orang berada kondisi yang tidak ideal. Contohnya saja, RIBA. Sudah tahu sih itu ngeRI BAnget, tapi masih aja kita nggak bisa lepas karena alasan kebutuhan. Padahal kalau dipikir-pikir, kebutuhan kita itu sudah dicukupi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Setiap orang sudah dicatat rezekinya masing-masing. Semestinya, kekhawatiran tentang rezeki itu sudah tidak perlu ada lagi. Namun, rupanya kepintaran manusia ini sudah seperti dua mata pedang, di satu sisi bisa membantu memudahkan urusan. Sedangkan di sisi lain, justru menjerumuskan manusia. Kecanggihan teknologi tidak mampu meredakan kekhawatiran akan kecukupan kebutuhan manusia, bahkan malah membuat kegalauan menjadi-jadi. Yah, apalagi sesuai dengan sifat manusia yang suka tergesa-gesa dan tidak pernah puas. Alhamdulillahnya, kita masih diberikan petunjuk lewat Rasulullah Shalla

Ramah Lingkungan + hemat

Saya memulai untuk mengikuti jejak para zero wasters alias orang orang yang berusaha meminimalisir sampah dengan memakai barang yang dapat digunakan lebih dari sekali. Saya menghindari barang-barang sekali pakai seperti disposable menspad, tisu basah, dan botol plastik. Hidup di keluarga yang sangat menjunjung tinggi produktivitas aka kesibukan, membuat gaya hidup semakin menuntut untuk serba instan dan cepat. Sangat berkebalikan dengan saya yang ingin sekali hidup lebih lambat dan menikmati momen dengan ritme yang perlahan. Saya mencoba untuk merubah pola hidup dengan merefleksikan sebenarnya apa yang saya jalani selama ini berdampak bagi lingkungan. Saya melihat bahwa gaya hidup yang serba instan mendorong kita untuk berbelanja lebih sering. Sebab alasan praktis, kita sering mengambil jalur cepat dengan membeli fast food, gofood, dan take away supaya makan lebih praktis, tinggal bayar dan makan. Namun, kita lupa kalau ada konsekuensi dibaliknya yang mungkin terlihat remeh tapi berd

Mengerem Gaya Hidup Konsumtif

Ternyata saya nggak bisa jauh-jauh dari konsep hidup yang simpel, tidak banyak ini-itu, dan sedikit. Ya termasuk sedikit teman, sedikit kesibukan, sedikit barang, tetapi hidup berkecukupan makna. Setahun dua tahun ke belakang, saya lebih banyak mempelajari referensi cara hidup sederhana. Di Facebook, saya mengikuti beberapa fanpage seperti "Simple Like That," "Becoming Unbusy" dan akun introvert yang kebanyakan tentang kenyamanan hidup sendiri. Saya juga jadi lebih sering menfollow akun instagram yang berfokus pada keluarga, lingkungan alam, homeschool, dan yang hijau-hijau (seperti akun hidroponik, aktivis lingkungan). Hehe ternyata saya masih punya banyak keinginan... Termasuk membuat simpel urusan keuangan dan manajemen barang-barang. Saya mencoba untuk mengerem pengeluaran dengan menata barang di rumah. Meninjau kembali sebenarnya apa yang saya lakukan terhadap barang yang saya miliki. Apa masih berfungsi? atau malah terabaikan? Saya jadi merasa bersalah meli

Belajar Cerdas Finansial

Finansial Planning Saya pernah mengikuti sebuah pelatihan mengenai financial planning khususnya dalam urusan rumah tangga. Ada banyak gaya pengelolaan keuangan yang bisa dipilih, salah satunya adalah dengan pembagian pos anggaran. Nah, disini saya coba jabarkan mengenai pengelolaan keuangan dengan cara membagi pos-pos anggaran yang pernah saya coba. Memang paling mudah saat mendapat pemasukan, langsung dibelanjakan sesuai kebutuhan. Tetapi ketika saya belajar manajemen keuangan, saya jadi ingin lebih rapi lagi dalam pengelolaannya. Saya mencoba menggunakan pos-pos anggaran dengan membuat daftar kebutuhan pengeluaran. Pertama, yang paling penting adalah pos kebutuhan dasar seperti makan, minum, bensin, pulsa, dsb yang bersifat cair (sifatnya langsung, penting dan mendesak). Lalu menjadwalkan setiap hari mengeluarkan infaq minimal sekian (misalnya 5000 rupiah). Selanjutnya, karena saya masih belum cukup ilmu mengenai investasi, saya lebih sering menyimpan kelebihan dalam tabungan.