Mengerem Gaya Hidup Konsumtif

Ternyata saya nggak bisa jauh-jauh dari konsep hidup yang simpel, tidak banyak ini-itu, dan sedikit. Ya termasuk sedikit teman, sedikit kesibukan, sedikit barang, tetapi hidup berkecukupan makna. Setahun dua tahun ke belakang, saya lebih banyak mempelajari referensi cara hidup sederhana. Di Facebook, saya mengikuti beberapa fanpage seperti "Simple Like That," "Becoming Unbusy" dan akun introvert yang kebanyakan tentang kenyamanan hidup sendiri. Saya juga jadi lebih sering menfollow akun instagram yang berfokus pada keluarga, lingkungan alam, homeschool, dan yang hijau-hijau (seperti akun hidroponik, aktivis lingkungan).

Hehe ternyata saya masih punya banyak keinginan...
Termasuk membuat simpel urusan keuangan dan manajemen barang-barang. Saya mencoba untuk mengerem pengeluaran dengan menata barang di rumah. Meninjau kembali sebenarnya apa yang saya lakukan terhadap barang yang saya miliki. Apa masih berfungsi? atau malah terabaikan? Saya jadi merasa bersalah melihat tumpukan barang yang terlihat tidak berarti.

Nah, daripada menumpuk rasa bersalah begitu, saya mulai menguraikan keinginan dan barang-barang. Yang memang sudah tidak saya pakai bisa saya jual (preloved) atau dibuang saja. Lalu tidak membeli barang hanya karena lucu atau sekedar ingin koleksi saja (kecuali buku, duh ini sulit). Lalu menyederhanakan isi lemari pakaian dengan mengurangi isinya. Berhubung saya juga tidak suka belanja baju, alhamdulillah lemari saya masih terasa lega. Untungnya, saya sempat belajar metode konmari dan itu sangat bermanfaat untuk urusan ini.


Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu