Ramah Lingkungan + hemat

Saya memulai untuk mengikuti jejak para zero wasters alias orang orang yang berusaha meminimalisir sampah dengan memakai barang yang dapat digunakan lebih dari sekali. Saya menghindari barang-barang sekali pakai seperti disposable menspad, tisu basah, dan botol plastik. Hidup di keluarga yang sangat menjunjung tinggi produktivitas aka kesibukan, membuat gaya hidup semakin menuntut untuk serba instan dan cepat. Sangat berkebalikan dengan saya yang ingin sekali hidup lebih lambat dan menikmati momen dengan ritme yang perlahan. Saya mencoba untuk merubah pola hidup dengan merefleksikan sebenarnya apa yang saya jalani selama ini berdampak bagi lingkungan.

Saya melihat bahwa gaya hidup yang serba instan mendorong kita untuk berbelanja lebih sering. Sebab alasan praktis, kita sering mengambil jalur cepat dengan membeli fast food, gofood, dan take away supaya makan lebih praktis, tinggal bayar dan makan. Namun, kita lupa kalau ada konsekuensi dibaliknya yang mungkin terlihat remeh tapi berdampak besar. Ya, sampah. Ternyata sampah yang dihasilkan dari makanan cepat saji dan makanan yang dibawa pulang dengan kemasan sekali pakai ini sangat banyak. Itu baru dari segi makanan, belum dari pakaian, dan perabotan rumah tangga. Belum lagi sampah di sekolah, pabrik, kantor, dan sebagainya.

Sejak tiga tahun lalu saya memakai menspad kain yang dapat dicuci ulang hingga bertahan 1-2 tahun. Alhamdulillah sampai sekarang masih bisa konsisten memakai menspad kain. Meski kelihatannya lebih repot karena harus mencuci setelah memakainya dalam waktu tertentu setiap hari (sekitar 4-6 jam saat lagi banyak-banyaknya, 7-10 jam kalau sudah mulai sedikit). Tetapi saya merasa lebih lega dan jarang merasa gatal-gatal atau ruam seperti saat menggunakan menspad sekali pakai. Selain itu, saya bisa menghemat uang karena menspad bisa bertahan lebih dari setahun. Saya juga jadi lebih bisa terhindar dari rasa jijik dan merasa bersalah saat membuang menspad kotor. Nggak kebayang kasihannya bapak-bapak tukang kebersihan yang harus memilah sampah menspad yang terkadang masih ada yang penuh dan mengalir di dalamnya >.<

Saya juga sedang mencoba untuk menggunakan sikat gigi bambu untuk menghindari sikat gigi plastik. Saya pesan melalui toko online dan ternyata rasanya sama saja kok kalau dipakai. Mungkin tidak ada alur-alurnya saja layaknya sikat gigi plastik. Tetapi masih nyaman digenggam dan sikatnya halus.

Meskipun baru sedikit yang bisa saya lakukan, saya bersyukur bisa menjadi bagian dari kepedulian terhadap nasib bumi ini.. Alhamdulillah

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu