Posts

Showing posts from 2019

Review buku: Millenials Begin

Image
Dari covernya saja sudah keliatan kalau yang nulis juga makhluk milenial. Simpel tapi ingin tetap menunjukkan sisi yang kompleks dan dinamis. Buku yang ditulis oleh teman saya sendiri, Alif Robath, menyajikan informasi sekaligus refleksi tentang anak-anak (atau lebih tepatnya) generasi milenial yang sebenarnya kini tak lagi muda. Buku yang terbit bulan Juli lalu ini tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis, cukup untuk dibaca dalam waktu kurang dari seminggu. Yah kecuali memang sedang sibuk banget dan lagi paralel baca beberapa buku. Seperti yg saya lakukan ini hehe.. Tulisannya mengalir, enak dibaca dan guyonannya tidak berlebihan. Menurut saya, gaya bahasanya tidak terlalu gaul tetapi tetap mudah dicerna oleh anak-anak usia remaja maupun dewasa yang penasaran dengan cara berpikir kaum milenial. Pembahasannya juga luas, mulai dari sisi pendidikan, teknologi, karir bahkan politik juga jadi sajian menarik di buku ini. Alif juga membahas bagaimana pandangan orang-orang tentan

My Dearest Family

Selama menjadi anggota IP, saya tidak begitu banyak bercerita pada keluarga soal keikutsertaan saya maupun hal-hal yang saya pelajari saat mengikuti kelas. Namun, banyak hal yang akhirnya mendorong saya untuk bercerita lebih jauh setelah menjadi pengurus. Ternyata, ada banyak berlian yang bertebaran di sekitar saya berupa kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang luput disadari. Tidak ada yang lebih indah selain merasakan kehangatan keluarga sampai akhirnya keriuhan dunia di luar sana membuat alpa. Saya pun pernah merasakan dimana keluarga tidak begitu sehangat yang seharusnya. Saya pun juga pernah membandingkan, memprotes, dan menekuri betapa keluarga saya tidak sebaik yang lainnya. Padahal selama ini, keluarga selalu ada untuk menjadi tempat saya pulang, apapun keadaan saya. Setelah kakak saya tiada, saya semakin merasakan nikmat yang Allah berikan melalui kasih dan sayang bapak dan ibu, adik serta kakak saya. Banyak fragmen dalam kehidupan saya yang berkelindan menjadi satu rangkai

Impian menjadi Ibu Profesional

Semangat Berbagi dan Melayani Saya tidak pernah menyangka dapat melangkah sampai sejauh ini. Berawal dari rasa ingin tahu dan ingin berubah menjadi lebih baik, saya mencoba untuk mengenali komunitas Ibu Profesional. Saat itu saya merasa sedikit ragu, apakah saya yang masih single boleh bergabung? Atau mungkin malah tidak cocok dengan sasaran komunitas ini? Tapi sudahlah, akhirnya saya memutuskan untuk menceburkan diri dan belajar menjalani apapun yang akan saya hadapi. Saat itu masih matrikulasi 3, dengan penuh semangat saya menjalaninya meskipun kadang terseok-seok di tengah jalan. Tapi alhamdulillah lulus juga dan masuk ke kelas berikutnya yang tidak kalah menantang Bunda Sayang. Singkat cerita, saya pun akhirnya ditawari oleh seorang kakak senior yang dulu pernah menjadi satu tim di desain dan dokumentasi Wisuda Matrikulasi 3 (wisuda saya sendiri, panitianya juga orang yang sama. Pokoknya semua yang rasanya sulit dan ndak mungkin ternyata bisa dihandle sendiri oleh teman2

Roller Coaster

Akhir-akhir ini kehidupanku terasa seperti roller coaster. Benar-benar deh, Allah pergilirkan rasa senang, sedih, haru, dan segala bumbu yang meresap ke dalam setiap pengalaman dalam sebulan terakhir. Kalau bukan karena rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, ga tau lagi deh bakal gimana hidupku sekarang. Rasanya, perubahan hidup kian pasti kurasakan. Dinamikanya begitu cepat. Secepat Engkau mengabulkan doa-doaku. Bahkan di saat masih merasa belum siap. Tapi toh terlewati juga. Menunggu, mencari, kehilangan, mendapatkan, menemukan. Tak pernah terbayang dalam benakku. Betapa baiknya Dirimu. Aku merasa sudah berjuang menjelajah tiap ruang, menggali ilmu kataku. Tapi ada yang terlupa. Memaknai itu tidak sama dengan memiliki. Bisa jadi, aku hanya menjadi pengepul buku dan pengetahuan lintas maya. Kucermati dimana Engkau berada tapi pandanganku tertutup seakan buta. Rasanya sungguh tidak nyaman sama sekali. Untung saja Engkau dan belas kasihMu masih hadir mengetuk pintu hatiku, sesuai

Tak Akan Apa-Apa

Seseorang pernah berkata padaku bahwa ekspresi yang paling mudah dalam kata-kata adalah puisi. Jujur dan tak seorang pun berhak menjadi yang paling ahli mendefinisi. Bahkan dirimu sendiri. "Kita tak perlu menjadi api untuk menghangatkan. Cukup satu peluk untuk menghalau angin membekukan. Kita tak perlu menjadi es untuk mendinginkan. Cukup satu ucap 'maaf' untuk mengusir panas dari ubun-ubun. Aku rasa risau tak pernah hilang karena kita tak pernah merasa cukup dan tak mau mengerti bahwa semua bisa disederhanakan. Aku rasa aku tak cukup berani menampakkan diri karena tembok kekalutan kubiarkan tumbuh tinggi-tinggi." Katanya, kita terlahir sebagai sebuah seni. Jangan sampai mereka merampas keotentikan dirimu dengan hiruk pikuk dunia yang melelahkan. Biarkan keunikanmu ketergerai bersama aliran sungai yang deras menyegarkan. Biarkan mengalir tulus menuju muaranya. Sby, 15-08-2016, pukul 08.38 ---------------------------------- Hai alterego, sampai jumpa l

Konselor Anak dan Remaja atau Konselor Pengasuh Mereka?

Sebelum memasuki ke ruangan, saya sudah punya ekspektasi. Ini acara bikinan Pak Cahyadi dan tim, pasti kece lah. Tapi, sudut pandang orangtua zaman old masih membayangi dan bikin saya agak kurang yakin dengan sajian yang akan saya dapat hari itu. Tipe belajar yang mesti lewat dituturi dan ceramah umum standar motivator jadi saput yang membuat terasa kurang bergairah. Sangat membosankan. Tapi buru-buru saya tepis. Apa guna jauh-jauh datang, jauh dari keluarga, keluar dari zona nyaman, tetapi tidak dapat apa-apa karena terbentur ekspektasi sendiri? Pak Cah membuka acara dengan guyonan elegan, tetapi menukik dengan data-data. Terasa nyata, air mata dan sedu sedan beban yang pernah hadir sebagai cerita di teras rumah beliau. Terlampau keterlaluan jika tidak tahu sedikitpun fenomena anak negeri di media massa dan sosial. Begitu lantangnya teriakan jiwa mereka mencari bantuan lewat jalan-jalan sunyi. Tertutupi hingar bingar prestasi akademik atau kebanggaan yang lain. Kulihat se

Apresiasi

Bentuk penghargaan terhadap seseorang memang terkadang sulit diukur. Dan itulah seninya hidup. Kita terkadang berusaha menyenangkan orang lain dan berharap dibalas seperti itu juga. Namun, adakalanya apa yang menjadi ekspektasi tidak terwujud. Nah barangkali memang apresiasi itu tidak dibuat untuk memenuhi harapan yang persis sama seperti yang diinginkan. Tetapi justur apresiasi hadir untuk menjadi penyemangat, bonus, dan kejutan yang siap mewarnai kehidupan kita.

Lebih teliti

Tepat sepekan yang lalu saya agak kurang fokus sehingga berdampak pada performa saat bekerja atau belajar. Saya melakukan beberapa kesalahan sepele seperti menghitung skor sehingga saya harus beristirahat dulu sampai akhirnya fokus lagi. Ternyata memang kebutuhan diri seperti fisik dan mental tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab ketika sakit, konsentrasi berkurang dan malah jika dipaksa semakin memperburuk keadaan. Alhamdulillah setelah menyadari kekeliruan itu, saya menjadi lebih peduli dengan hak yang ada pada diri sendiri agar saya bisa membantu orang lain lebih maksimal.

Mengkroscek Data

Yang paling penting saat menjadi orang dewasa adalah bisa melek literasi guna mengajarkan literasi itu sendiri kepada generasi penerusnya. Terkadang masih kita lihat ada kekeliruan di media sosial yang menyajikan berbagai informasi yang begitu deras. Tetapi kita tidak cukup kritis untuk membedakannya. Informasi yang menarik seperti kesehatan dan topik yang sedang hangat saat itu justru semakin membingungkan orang-orang. Agar tidak terjadi pada kita, kita perlu meneliti lagi dengan logika yang kita asah setiap hari. Dengan begitu, kita tidak mudah termakan omongan atau informasi yang belum tentu benar.

Zero waste

Kalau mau dihitung-hitung, ternyata hidup yang tidak memegang value zerowaste cukup mahal. Justru berkebalikan dengan yang beranggapan zerowaste itu ribet dan mahal. Apa yang saya alami beberapa tahun belakangan membuktikan bahwa saya jadi lebih hemat. Meskipun tidak banyak perubahan yang saya lakukan, tetapi saya yakin kalau banyak yang melakukannya pasti akan berguna. Saya sudah sekitar 4 tahun ini merubah kebiasaan menggunakan pembalut plastik menjadi pembalut kain dan 1 tahun ini beralih menggunakan sikat gigi bambu. Selain itu, dalam beberapa kesempatan saya menolak plastik dan memilih menggunakan kantong sendiri. Saya juga membawa sedotan stainless kemana-mana. Tujuannya agar saya selalu ingat bahwa jajan pun tetap harus zerowaste. Hasilnya saya jadi lebih bahagia karena mengurangi sampah dan kantong pun aman tidak jebol :)

Berdaya Bersama-sama

Saya habis menonton sebuah video menarik, yakni sebuah wawancara dengan sepasang suami istri yang begitu kritis dan cukup idealis. Mereka mencoba untuk menerapkan nilai-nilai yang mereka dapatkan saat pernah tinggal di belahan dunia utara sana. Mereka bercocok tanam alias berkebun di rumahnya sendiri. Bahkan, hasil panennya ya mereka makan sendiri. Ketik berkunjung ke tetangga atau bertemu dengan rekan mereka terbiasa bertukar oleh-oleh, saling memberikan hasil panen mereka. Nah di sini saya berpikir, betapa guyub rasanya dan hemat (tentu saja) saat kita bisa punya kebun sendiri. Lalu menciptakan budaya saling memberi. Indah sekali. Semoga saja ya Indonesia bisa lebih fokus pada kebersamaan dan kolaborasi supaya kita tidak lupa bahwa ada budaya yang tidak hanya mementingkan untung untuk dirinya sendiri tapi untuk bersama.

Mengapa harus Menabung

Kemarin saya habis bermain dengan keponakan saya dari sepupu. Anaknya sangat ceria dan sedang aktif mengasah motorik halus dan kasarnya. Ia pun memiliki mainan yang cukup banyak. Namun, saat itu dia senang asyik sekali memasukkan uang receh ke celengan. Uang koin yang ada cukup banyak sehingga ia cukup betah berlama-lama memainkannya. Sebenarnya sangat sederhana. Tetapi menurut saya, hal ini penting untuk menggambarkan bahwa uang sebaiknya ditabung untuk hal yang lebih berguna. Menabung pun bisa dimulai sejak kecil, sejak anak mengenal uang dan nilanya.

Menyeleksi Barang

Beberapa hari ini saya berpikir banyak tentang barang-barang di rumah yang menumpuk. Saya pikir, sepertinya akan lebih baik jika saya memilah dan memilih di antara buku-buku saya yang mana yang bisa saya kurangi dari lemari. Lalu saya berencana untuk menjual murah beberapa buku yang berpotensi tidak terbaca dalam beberapa waktu ke depan. Semoga saja saya bisa menentukan dengan segera dan menata kembali dengan hati riang gembira.

Klasifikasi Barang

Saat beberes rumah, saya menyadari beberapa hal. Diantaranya, ibu saya selalu membiasakan meletakkan barang di tempat yang sama. Agar nanti ketika mencari mudah ditemukan. Selain itu, barang-barang perlu untuk dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Misalnya lemari untuk buku, lemari untuk pakaian, lemari untuk souvenir dan pernak-pernik, dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan yang jelas peruntukannya akan sangat memudahkan pekerjaan di rumah. Sehingga semuanya bisa dilakukan lebih efisien.

Memasak

Dalam kegiatan sehari-hari pun kita dihadapkan dengan problem solving menggunakan kaidah matematika. Misalnya ketika kita memasak. Mulai dari menyiapkan bahan, lalu menakar dan mengikuti aturan resep. Kemudian memperkirakan waktu yang digunakan untuk merebus atau menggoreng. Terkadang kita pun kesulitan melakukannya. Tetapi saat sudah memiliki takaran yang pas, semua jadi lebih mudah dan tinggal dibiasakan saja.

Estimasi Keberangkatan

Belajar matematika dalam kehidupan memang tidak sebatas angka. Terkadang kita masih kesulitan untuk memperkirakan persiapan apa dan seberapa lama dalam menghadapi sesuatu. Contoh simpelnya saja saat kita mau berangkat ke bandara atau stasiun kereta. Beberapa waktu lalu, saya pergi ke Solo dengan kereta. Saya yang pada saat itu sedang menyiapkan perencanaan ke Solo, teringat kalau masih ada agenda lain yang harus dilakukan di hari yang sama dengan keberangkatan. Sehingga, saya harus memesan tiket kereta sendiri yang terpisah dengan jadwal rombongan teman-teman saya. Saya juga harus memastikan jika masih ada jarak waktu yang pas untuk perjalanan dari lokasi ke stasiun. Nah, estimasi yang saya lakukan alhamdulillah cukup meski agak mepet bikin deg-degan tapi sampai dengan aman dan tentram :") Paling tidak, saya berhasil manage waktu untuk mendatangi dua kondangan yang cukup jauh itu.. So far, i want to thank myself for being survived those times. Haha

The Last Samurai

Oh iya, berjuang tidak pernah sebercanda itu. Kadang aku tidak memaknainya dengan paripurna. Aku cuman ingin menyelesaikan challenge yang kuiyakan. Itu saja. Menuliskan apa yang ada di dalam kepala sambil berusaha mengingat hal yang relevan dengan apa yang dituliskan. Tidak mudah. Iya. Menulis review buku mungkin akan menjadi solusi ketika tidak ada ide lagi untuk menulis. Sebab, pikiran yang penuh terkadang justru buntu, tidak bisa mengeluarkan apapun. Jadi berjuanglah meskipun ini berat. Kamu bisa memulai dari mana saja. Yakin sajalah. Semua akan dipermudah.

Dongeng vs Kisah Nyata

Hahaha berani banget kamu mau bahas itu Meutiaaaaaa :/ Ah ndak juga, sih. Aku cuman ingin memberikan sikapku terhadap dua cerita yang selalu ada dalam hidupku. Cerita nyata dan cerita imajinasi telah mewarnai hidupku hingga saat ini. Tidak ada yang patut dipersalahkan. Semua bisa membawa nilai kebaikan asalkan dengan tidak menyalahkan satu sama lain. Aku capek lihat dan dengarnya :( Padahal, apa salahnya membawa imajinasi anak-anak ke dalam penyampaian nilai kebaikan? Apa salahnya menceritakan sejarah dan seluk beluknya kepada anak-anak yang antusias? Bukankah kita sedang mengajarkan sebuah nilai yang mulia? Tentang toleransi, hidup damai, dan kemuliaan. Kenapa tidak bergandengan tangan? Yah begitulah. Semoga nanti ada pencerahan. Pada akhirnya semua harus melakukan refleksi atas nilai yang sedang diperjuangkan.

Bacaan Bapakku Jadi Profesiku

Apa hayo? Hahaha iya, psikologi. Bapakku dulu susah cari temen dan adaptasi dengan tempat kerja yang baru. Habis gitu, beliau dapat petunjuk untuk membeli buku-buku psikologi tentang pengembangan diri gitu. Yah pasti semua kenal lah ya nama Maxwell, Corey, dan sebagainya. Demi mewujudkan keluarga harmonis dan anak-anak yang tumbuh sehat, Bapakku juga belajar dari majalah langganan berjudul Ayah Bunda. Yang kuingat, ada isi bonusnya, komik atau cerita buat anak-anak, ya buat aku :)) Kakakku tidak terlalu suka membaca cerita anak itu, mungkin karena sudah besar saat itu. Yang pasti, saya jadi suka membaca komik dan buku cerita anak. Haha skip. Jadi bapakku itu sampai bener-bener belajar tentang psikologi, terbukti dari bukunya yang ada coret-coretannya. Nah, malu ga tuh aku kalau ga sampai gitu belajarnya :( Sekarang sih aku masih tertarik membaca apa yang dibaca bapakku, meski lebih seringnya dipaksain buat baca juga sama bapakku :)) It's okay. Emang akunya sok ga mau pad

Bacaan adalah Teman

Apa yang kita baca itulah yang akan menjadi bagian dari diri kita. Setidaknya itu yang saya percaya hingga saat ini. Makanya saya mulai belajar untuk meminimalisir membaca hal-hal yang unfaedah. Apalagi yang isinya rasan-rasan ga penting. Uninstall IG. Twitter OFF. Facebook juga udah ga ada di HP lagi. Berteman lagi sama yang namanya buku setelah beberapa saat menyadari terlalu banyak megang HP. Huft. Memang godaan itu nyata :( Harus segera bertindak. Untuk apa coba beli buku banyak tapi dibiarin ga dibaca? :((( Memilih buku bacaan hampir kayak milih teman, semua terasa baguuuus. Mau semua bukunyaa :( tapi harus dipilih yang paling utama diakrabi. Yang paling bermanfaat untuk umat. Yang paling bisa ngasih pengaruh positif di hidup kita. Paling bisa menambah kebaikan berlipat-lipat.

Kutipan Buku

Siapa coba yang ga pernah mengutip kata-kata keren dari buku? Hal yang menyenangkan dari membaca buku adalah ketika kita menemukan kata-kata yang kita banget. Related dengan hidup kita. Magic words. Begitu menohok hingga ke relung hati. seperti kata seorang tokoh muslimah yang menohokku saat ini: Why do we get hopeless and give up? Often it is for one simple reason: because we are harder on ourselves than God is on us. Yasmin Mogahed kata-kata sederhana bahkan bikin kita baper karena tepat sekali dengan kondisi hati kita yang memerlukan oase di tengah kegersangan jiwa. Dulu sekali, saya suka menuliskan kutipan kata baik dari buku maupun orang lain yang bicara secara langsung untuk menambah koleksi semangat saya di kala futur. Sampai akhirnya saya tersibukkan oleh kegiatan lain yang lebih 'sosial' dan menuntut untuk dikerjakan. Haha *classic Yap, kutipan kadang terasa membosankan, bahkan menyakitkan. Bergantung kondisi hati kita saat itu. Tetapi yang jelas,

List Buku Favoritku

Cara cepat meningkatkan semangat membaca adalah membuat daftar judul buku yang paling disenangi :D Nah ini dia buku-buku favoritkuu: Karena susah memilih antara fiksi dan nonfiksi, jadi dua-duanya sajalah ahaha 1. Laskar Pelangi 2. Negeri 5 Menara 3. Edensor 4. Madre 5. Api Tauhid 1. Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan 2. Eating Clean 3. Lapis-lapis Keberkahan 4. Happy Little Soul 5. Happiness Project intinya aku suka yang hepi-hepi :D

Membaca Cepat

Saya punya kebiasaan membaca beberapa buku dalam rentang waktu tertentu. Jadi, kalau ditanya sudah selesai baca berapa buku itu malah kesulitan menjawabnya XD Saya pernah mencoba fokus membaca satu buku dalam satu waktu. Rasanya seperti dipaksa... Nggak enak banget. Padahal seharusnya membaca buku itu nikmat abis. Tapi rasa-rasanya pendidikan literasi sekarang cenderung maksain ngabisin buku gitu ga sih.. Jadi sedih :( Dulu banget pas masuk Ind*sat School of Public Speaking, saya bikin materi tentang membaca. Sok sokan ceritanya bisa baca cepet dan efektif. Padahal ya ndak mesti cepet sih, kalau bacaan fiksi, biasanya sambil membayangkan dan kalau perlu diulang lagi tuh bacaannya biar lebih meresap (Lol). Lalu saya berpikir, perlukah membaca cepat? Kalau dijawab langsung sih nggak seru ya. Hehe Saya mencoba lagi bereksperimen dengan diri saya sendiri supaya lebih cinta dengan buku bacaan. Supaya lebih memaknai proses belajar dari media membaca. Sampai pada akhirnya saya membiarka

Short Review: Eating Clean

Image
Buku yang ditulis oleh Inge Tumiwa ini cukup menarik, simpel dan related dengan kebutuhan saat ini. Saya yang mulai menyadari usia biologis tubuh jadi pingin hidup lebih berkesadaran. Tidak bisa sembarangan lagi dalam mengkonsumsi makanan. Mulai membaca-baca lagi tentang gizi yang diperlukan tubuh juga menurunkan keinginan jajan yang berlebihan. Penyampaiannya cukup sistematis, dimulai dari ragamnya makanan yang dikonsumsi manusia hingga apa sebenarnya yang manusia butuhkan untuk memenuhi gizi di dalam tubuh. Kalau kita pikir lagi, mungkin memang kebanyakan dari kita makan hanya untuk memuaskan nafsu lidah yang ingin merasakan ini itu. Padahal justru kesenangan yang sementara itu menyimpan bahaya. Lagi-lagi saya merasa tertohok dengan keinginan manusia untuk mengolah makanan menjadi berupa-rupa, enak dan praktis. Oh iya, tidak lupa, instagrammable. Hahaha. Jadinya ya kadang kita langsung beli saja berbagai makanan cepat saji dan yang instan lainnya tanpa berpikir lagi soal keseha

Reading Tracker

Image
Akhirnya saya membuat reading tracker juga. Hahaha seperti biasa, segala yang pertama kali selalu bikin exciting. Cukup sederhana karena saya tidak ingin yang terlalu ribet saat menggunakannya. Reading tracker ini bisa buat membaca buku yang cukup tebal meskipun tidak disarankan kalau masih ngos-ngosan cari waktu buat membacanya. Lebih baik cari buku yang agak tipis tetapi bisa menambah value yang dibutuhkan saat ini.

Spirit Membaca

Rencananya saya membuat reader tracker untuk setidaknya membuatku sedikit insecure apabila belum membaca hari itu. Yah, walaupun beberapa hal telah kulakukan untuk mengembalikan semangat membacaku yang kadang surut seperti dengan membeli buku baru *yeah, i know, sundoku* dan juga meletakkan buku dimana-mana. Sebab, sebenarnya saya sangat senang bisa membaca dan mengetahui hal-hal baru. Mungkin keinginan dan niat baik saja tidak cukup. Jadi, saya mencoba untuk membuat strategi yang lebih ciamik dalam mengontrol diri untuk berbuat baik lebih banyak, salah satunya ya membaca. Seharusnya saya selalu excited, sangat menanti-nanti dan tidak pernah puas membaca buku. Tetapi ada saat dimana ketika ditarget saya malah jadi bosan, malas, dan sebagainya. Ada apa ini? Saya adalah penyuka buku non-fiksi sejak saya kecil. Saya tidak terlalu suka cerita fiksi sampai pada akhirnya saya bertemu dengan Laskar Pelangi. Oh, ya. Saya ingat pertama kali saya puas membaca fiksi pertama kali saat saya mas