Bisnis di Masa Kecil

Saya ingin sekali membuka usaha bisnis sesuatu sejak dulu. Tapi seringkali mentok karena merasa tidak cukup modal untuk memulainya. Namun, seiring berjalannya waktu saya mengamati bahwa orang-orang yang memulai usaha itu tidak selalu menunggu punya modal uang banyak. Bahkan ada yang hanya bermodal kartu nama atau malah tidak bermodal uang sama sekali atau biasanya disebut modal dengkul.

Keinginan saya memulai bisnis ini sebenarnya sudah sempat terwujud sejak kelas 1 SD dimana saya dan sahabat saya memetik kembang sepatu dan menggunakan dasar bunga serta mahkotanya untuk membersihkan sepatu sekolah (terbuat dari kulit sintetis). Setiap teman yang kami tawari untuk dibersihkan sepatunya bersedia menghargai 100 rupiah per pasang sepatu. Jangan dibayangkan sepatunya orang dewasa yang guede ya.. Ini kan sepatu anak-anak, jadi mestinya nggak berat membersihkannya >.<

Di kelas tinggi (kelas 4-6 SD) saya juga membuka bisnis bersama teman-teman segeng dan se-anjem (antar jemput becak) menjadi reseller burger, sosis, dan hotdog. Jualan ini bisa dibilang cukup laris dan praktis karena kita tinggal mampir aja pas perjalanan berangkat sekolah di tukang burger di pinggir jalan. Bisnis yang lebih serius dan teroganisir saya alami ketika membuat selebaran jualan dengan sebuah nama "toko" bikinan teman. Jualannya cukup variatif. Ada puding, kue tart mini, permen, coklat, dan makanan kecil lainnya yang tidak bisa dibeli di sekolah. Kami waktu itu membagi tugas menjadi supplier, kasir dan marketing (bahasanya dulu ya pakai bahasa yang dipahami anak-anak sih --a cuman udah lupa. Walaupun untungnya tidak seberapa (sekitar 200-500 rupiah per item) kami cukup senang bisa melayani pelanggan yang mayoritas ya teman sekelas sendiri. Rasanya dulu itu saya produktif banget bisa melakukan ini itu di masa yang mungkin anak jaman sekarang cuman belajar pelajaran doang *canda, hehe
Tapi yang penting sekarang saya bersyukur pernah punya pengalaman seperti itu dan nggak malu buat memulai bisnis meski masih sederhana.

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu