Bersih-bersih Finansial

Rasanya zaman sekarang hidup halal adalah suatu hal yang ideal. Sedangkan bagi sebagian orang, menjadi ideal itu hampir nggak mungkin karena hampir semua orang berada kondisi yang tidak ideal. Contohnya saja, RIBA. Sudah tahu sih itu ngeRI BAnget, tapi masih aja kita nggak bisa lepas karena alasan kebutuhan. Padahal kalau dipikir-pikir, kebutuhan kita itu sudah dicukupi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Setiap orang sudah dicatat rezekinya masing-masing. Semestinya, kekhawatiran tentang rezeki itu sudah tidak perlu ada lagi.

Namun, rupanya kepintaran manusia ini sudah seperti dua mata pedang, di satu sisi bisa membantu memudahkan urusan. Sedangkan di sisi lain, justru menjerumuskan manusia. Kecanggihan teknologi tidak mampu meredakan kekhawatiran akan kecukupan kebutuhan manusia, bahkan malah membuat kegalauan menjadi-jadi. Yah, apalagi sesuai dengan sifat manusia yang suka tergesa-gesa dan tidak pernah puas.

Alhamdulillahnya, kita masih diberikan petunjuk lewat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam supaya bisa memanajemen nafsu kita akan berbagai hal dengan iman. Lewat panduan al-Qur'an dan Sunnah kita bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Kita juga lebih mudah untuk memisahkan mana kebutuhan atau yang hanya dorongan nafsu semata. Di zaman para Shahabat, muslim mau makan itu mikir dulu, ini halal atau nggak. Belum lagi lihat kanan-kiri, ada yang lebih membutuhkan makanan ini kah dibanding dirinya TT Bahkan kalau sampai bau makanan di rumah tercium tetangga, muslim itu juga membagi makanan dengan tetangga tersebut.

Saya sudah lama ingin terhindar dari segala yang haram dimulai dari apa yang saya miliki. Misalnya, uang. Saya berusaha menabung di bank syariah dengan maksud berikhtiar menegakkan prinsip penyimpanan yang lebih syar'i daripada bank konvensional. Saya juga tidak menggunakan kartu kredit dan berusaha untuk menghindari hutang yang tidak perlu atau mendesak. Lalu berusaha disiplin mencatat hutang piutang (atau diikhlaskan sekalian kalau malas nulisnya) dan arus keuangan yang ada. Tidak mudah terpesona dengan diskonan yang bersyarat harus kredit, dsb. Saya berharap sekali ke depannya, ketika misalnya saya berumah tangga, bisa benar-benar bebas dari riba dan hal-hal yang tidak diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu