The Moment I Found Something I was Looking for

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tattimush sholihaat.
Segala puji bagi Allah (Subhanahu Wa Ta'ala) yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Momen yang paling berkesan adalah ketika bertemu dengan orang-orang yang berjuang bersama, menghadapi kesulitan dan saat-saat menyesakkan sekaligus bertemu masalah paling buntu yang pernah dihadapi. Dan di saat itu pula, saya merasa begitu membutuhkan-Nya karena tidak ada lagi yang benar-benar bisa diandalkan saat itu kecuali pertolongan-Nya.


Hampir tidak terkatakan rasanya bisa terjebak dalam sebuah jebakan kebaikan, yang mereka sebut, tersesat di jalan yang benar. Semua berawal dari bangku SMA dimana saya merasa tertarik dengan hingar bingar dunia aktivis organisasi dan kepanitiaan. Seorang kakak kelas memanggil saya dan mengajak untuk mendaftar sebuah kepanitiaan yang ketjeh. Di kepanitiaan tersebut, saya diperkenalkan dengan tempa-menempa, sebuah cara yang cukup dahsyat bagi saya kala itu yang tidak pernah mendalami seluk beluk karakter manusia. Yang ditempa di tempat itu memang karakter manusia, yang sebelumnya malas dan menye bisa jadi antusias dan keren, yang dulunya ragu dan loyo bisa jadi setegas karang dan baja. Inilah satu titik awal, sebuah keputusan yang membuat kehidupan seseorang seperti saya  bisa berubah 180 derajat kurang sedikit.


Waktu berlalu dan saya mulai mengenal Teladan. Teladan ini adalah sebuah tempat yang kurang lebih isinya perjuangan orang-orang yang saling tempa, ah, maksud saya.. lebih tepatnya menjaga generasi yang ditempa mampu bertahan dan menghasilkan generasi yang lebih dahsyat lagi. Teladan mengajak saya untuk 'keluar kandang' dan lebih peduli lagi dengan dunia pelajar Surabaya hingga terjun langsung untuk menjadi event organizer berbagai acara edukatif. Di sana, bersama orang-orang yang juga saya temui di kepanitiaan ketjeh tadi, mengeksekusi mimpi-mimpi tentang kemajuan pelajar yang dinamis. Di sana pula saya menyadari bahwa saya adiksi terhadap fase-fase seperti ini: berjuang, mengalami kebuntuan, menoleransi kelelahan, menemukan kawan, berjuang lagi. The beautiful way to find a friend.

---------------------------------------------------

Saya menemukan seorang sukarelawan muda yang (semoga) berbahagia, Nezha. Rasa penasaran saya kala itu diredam dengan membaca ketikan konstruktifnya sebelum sering-sering bertemu Nezha. Ia dan segala mimpi serta Pohon Gulanya saya kenali lebih dekat dengan adanya banyak irisan urusan sukarelawan, di dunia maya maupun dunia nyata. Teladan, ISPS, Kabaca dan hal lainnya mempertemukan kami pada satu kesadaran akan mimpi-mimpi, kekuatan keyakinan dan pertemanan. Selama ini saya melihat ia berhasil mendamaikan diri dan mimpinya serta merespon kawan dengan baik dan lihai sekali. Saya belajar banyak darinya dalam menjalankan misi meraih level pokemon master dalam hal hubungan antarperson di dunia nyata dan maya.

Pada akhirnya, saya mengirimkan kutipan ini via Whatsapp,

"We expect our friends to help us because we are friends so sometimes we get upset. Well, hereby, I remind myself and all of you that friendship is a free, voluntary and appreciative bonding." 

Lalu ia menanggapi,

"Cause it is a voluntary relationship, friendship doesn't ask such reprisal. We can't force people to have the sampe expectation as we have on them, in this case, friendship.

What do you think, Meu?"

Ah, exactly. I can't agree more, Nez.
We were trapped in a complicated altruism-based relationship for a need of affiliation.



Surabaya yang hectic seperti biasa, 09-04-2015

Meutia Mega

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu