Refleksi Akhir Tahun Kemarin



Desember 2016 adalah bulan paling hectic yang pernah kurasakan di sepanjang perkuliahan. Setelah berbulan-bulan berkutat dengan skripsi dan berbagai hal yang tertunda-tunda, akhirnya aku mengalami yudisium juga. Artinya, ada dua status yang akan kusandang, S.Psi, dan calon pengangguran pekerja (?)
Sehari setelah yudisium, aku terpaksa menggunakan jasa make up teman untuk menghadiri acara wisuda demi terlihat normal, hehe. Seperti biasanya, acara hari itu didominasi ucap berucap selamat dan foto-foto bersama teman-teman (sampai adik sendiri nggak ada fotonya sama sekali karena dia sedang ujian). Aku bertemu dan mendapat ucapan selamat sekaligus hadiah dari teman-teman seangkatan di kuliahan, KKN, sekolahan, dan teman nemu di jalan. XD

Anyway, alhamdulillah semua terlihat happy ending.
Pertanyaan demi pertanyaan baru mulai bermunculan, habis ini mau ngapain?

Sebenarnya, aku sudah menyiapkan jawaban-jawaban dari segala pertanyaan terkait hal itu. Sudah kurencanakan pula kapan waktunya dan seperti apa prospek nantinya. Namun, selalu ada rencana Allah yang lebih baik. Jadi, sebaiknya kurahasiakan saja sampai saatnya tepat *ngelesnya*

Nah, rencanaku yang pertama adalah memperpanjang masa SIM dan bayar pajak STNK. Tepat sebulan yang lalu saya sudah mempersiapkannya. Namun, sehari setelah wisuda aku merasa cukup lelah dan memilih untuk bersantai (kebiasaan buruk -.-) dan.... jadilah aku pergi ke terminal tempat mobil SIM keliling mangkal tiga hari berikutnya. Berbekal informasi yang kukumpulkan dari internet, aku menyiapkan beberapa hal di dalam map:
1. e-KTP asli dan 2 lembar fotokopi e-KTP
2. SIM A dan C asli dan masing-masing 2 lembar fotokopi SIM A dan C
3. uang tunai 155.000 (75.000 untuk SIM C dan 80.000 untuk SIM A).
(setelah sampai di sana, ternyata syaratnya nambah -.-)
4. surat keterangan sehat dari puskesmas/dokter
Jika baru datang, berkas2 tersebut diserahkan kepada petugas di (semacam) loket kemudian anda akan menerima lembaran yang harus diisi. Saat mengisi, ada seorang petugas yang stand by di luar mobil dan memandu pengisian jika anda mengalami kesulitan. Selanjutnya serahkan lembaran tersebut kepada petugas dan anda tinggal menunggu dipanggil untuk foto. Saat itu pukul 10.10 dan ternyata memakan waktu cukup lama untuk mengantri, kurang lebih 2,5 jam sampai akhirnya SIM A dan C ada di tangan.

Sebab tahu di sana biasanya ada mobil pajak STNK, aku juga menyiapkan STNK asli dan bukti pembayaran pajak tahun sebelumnya serta uang tunai 200.000 (biasanya sih 197.000). Sampai di sana, untuk mengurus STNK mudah saja, tinggal keluarkan lembarannya dari dalam wadah plastik dan letakkan di wadah depan petugas, lalu petugas akan mengetik sesuatu dan anda tinggal menunggu dipanggil. Jika dipanggil, segeralah menerima STNK anda dan menunggu dipanggil lagi. Panggilan kedua adalah tanda giliran untuk membayar. Setelah membayar anda akan menerima tanda bukti pembayaran pajak.

Aku bolak-balik sekitar tiga kali untuk menyelesaikan misi ini. DONE.

Rencanaku berikutnya adalah jalan-jalan.
Entah kenapa membicarakan hal ini sedikit merasa berdosa.....
Seminggu setelah mengurus administrasi, servis, dan berbagai bentuk pelayanan kepada si Betty (sepeda motor), aku berangkat ke Bogor naik kereta.

Bukan murni jalan-jalan sih.
Jadi ceritanya, aku dan ayah-ibu serta adikku mau berkunjung ke saudara di sana dan anu kakakku >.<
Singkat cerita, untuk pertama kalinya aku menjejakkan kaki di Taman Mini Indonesia Indah. Menarik, banyak yang hal yang bisa dipelajari, luas sekali dan banyak tempat yang sepertinya tidak cukup sehari kalau mau benar-benar belajar tentang budaya Indonesia. Nggak heran kalau lumayan banyak bule juga di sana, khususnya di bagian museum Indonesia.

Banyak hal yang kupelajari selama di Bogor, seperti kedisiplinan, keramahan, dan kesabaran.
Istri sepupuku yang rajin dan rapi banget bikin aku jadi semacam tertampar atas kelalaianku selama ini. Ternyata untuk jadi rajin hanya perlu tidak menunda-nunda. Efeknya pun berlipat: rumah rapi, mudah menemukan barang, terlihat bersih, dan hati pun senang. Sarapan yang masih tersisa ditata dan diletakkan di piring dan dilapisi plastik wrap. Tempat duduk dan meja makan selalu rapi sehabis dipakai (tampak seperti tidak habis diduduki/ dipakai) dan sink selalu kosong dan bersih. Beliau merawat suami yang tadinya ga rapi dengan berbagai kebiasaan buruk jadi lebih rajin dan kebiasaannya lebih baik sekarang.

Ketemu sama keluarga satu itu yang unik, ibu yang kalau ngomong cuepet dan selalu excited. Pulang dari Bogor ke Surabaya, masih ada beberapa hal asik yang dilakukan, diantaranya nggumbul sama anak-anak Panti bareng beberapa mahasiswa #sibuktapipeduli dan menyambung silaturahim ke Kabaca. Semoga selanjutnya bisa lebih banyak belajar dari mereka semua.....


Siap menyambut hari baru dengan semangat :)


Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

Dimulai dari Sampah di Depanmu

Kemandirian Hari ke 3