Bahasa dan Basa-Basi

Tampaknya tidak banyak yang tahu bahwa ada orang-orang yang memilih untuk diam daripada membahas sesuatu yang cheesy. Ya, memang tidak mengenakkan ketika ada suasana senyap saat sedang bersama orang lain di suatu tempat. Ada yang menganggap kurang sopan kalau tidak bisa membicarakan hal yang ringan untuk memecah kebekuan. Akhirnya, ada yang (setengah terpaksa) membuka suara dengan mengatakan apa saja yang mungkin relevan saat itu.

Sebagian orang introvert merasakan risih saat harus melakukan obrolan kecil ini (small talk). Sebagian lagi merasa tersiksa dan ingin segera keluar dari situasi itu, sementara sisanya terpaksa terlibat dalam pembicaraan.Seperti mendengar seseorang yang mengeluhkan tentang repotnya kesibukan dia di hari itu, saya mungkin cuma bisa bilang, "hmm" atau he'eh, "yaa." Sebab, memang tidak ada lagi kata-kata yang bisa membalas pernyataan tersebut. Rasanya seperti hanya sekadar mendengus dan membuang kata.

Di lain waktu, ada percakapan semacam ini:
Suatu saat si A resah dan berkata, "kenapa ya kok dia melakukan hal seperti ini? Kan semestinya begini... "
Orang yang basa-basi akan mengatakan, "ya sabar aja, mungkin maksudnya dia bukan gitu" atau yang lebih parah, "ya... memang hidup ini ujian..."

Di titik tertentu, introvert akan menarik diri dari percakapan yang bikin mati gaya seperti itu.

Sebaliknya, si introvert menghargai percakapan yang mendalam dan bermakna. Ketika introvert mulai bercerita, itu tandanya ia sangat percaya pada orang yang ia ajak bicara. Mungkin memang tidak langsung mengalir begitu saja. Tetapi perlahan ruang perjumpaan dengan diri introvert sebenarnya akan terbuka. Di situlah mengalir cerita yang orisinil dan jujur. Lagipula bahasa ketulusan lebih mudah untuk diterima siapa saja, sekacau apapun perasaannya.

Pada intinya, percakapan yang benar-benar tulus adalah hal yang paling berkesan bagi introvert. Barangkali, bahasa universal semacam ini dibutuhkan untuk menghidupkan suasana yang jauh dari basa-basi.

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu