Berguru Pada Siapa Saja

Saya baru menyadari pentingnya belajar ilmu agama ketika SMA. Tuelat pol. Nah, tapi justru di sanalah saya mulai memahami dan mempertanyakan banyak hal, dalam istilah jawanyan pecah nalare. Saya mulai mengambil keputusan-keputusan yang antimainstream dalam hidup saya yang sebelumnya sangat biasa saja. Apa yang saya pikirkan dan rasakan saat itu lebih banyak membuat saya gelisah sekaligus mengasah panca indera. Saya lebih bisa melihat ada ketimpangan dan perbedaan yang terjadi di sekitar. Saya dapat mendengar rintihan dan pekikan di antara kebisingan rutinitas hidup. Saya lebih mudah meresapi makna dari aktivitas yang saya lakukan.

Sampailah saya pada titik-titik kesadaran bahwa ada yang perlu saya lakukan lebih daripada biasanya. Sebelumnya, saya adalah anak yang polos, jarang berkenalan dengan orang baru karena saya mencukupi diri saya dengan aktivitas sekolah saja (lagipula saya suka membaca buku pelajaran, ehmm semua jenis buku). Namun tiba-tiba ada yang menggeret saya masuk ke dalam dunia antah-berantah yang mereka sebut tersesat di jalan yang benar. Ada banyak orang yang membutuhkan kesadaran yang saya dapatkan saat itu. Ada kemajemukan yang meminta diperhatikan kehadirannya. Ada sesuatu yang perlu dirawat baik dan ditumbuh-kembangkan.
 

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu