Kembali ke Awal

Ada sebuah film yang saya sangat suka sejak kecil dan masih betah menonton meski ditayangkan berulang kali di televisi. Namanya Jumanji. Plotnya menarik karena tidak hanya berbalik mundur ke masa lampau tetapi juga berputar ke masa depan. Tokoh utama yang awalnya adalah anak kecil seketika memasuki petualangan yang menegangkan bersama seorang teman di masanya dan dua teman lain di masa mendatang.

Saya tak hendak mengulas adegan-adegan seru atau bagus tidaknya cerita itu. Namun, yang jelas, poin dalam kisah petualangan lintas dimensi itu selalu bertitik berat pada satu hal, yakni kejadian masa lampai yang belum selesai. Ya, seolah-olah kita diberikan kesempatan untuk kembali mengulang kisah dan berusaha memperbaiki masalahnya.

Setiap orang memiliki chapter atau bab kehidupannya masing-masing. Ada yang merasakan berbagai penderitaan hidup bahkan sejak awal bab kehidupannya dimulai. Ada pula yang menikmati kesenangan sepanjang hidup dan baru menderita di akhir-akhir. Mungkin juga ada yang merasakan penderitaan dan kesenangan secara bergantian tiap satu bab kehidupan. Yang pasti, setiap fase, kesenangan dan penderitaan pasti dialami oleh semua orang.

Kisah hidup kita mungkin tidak akan pernah bisa disetel ulang. Namun, kita bisa menyesuaikan lagi perasaan yang berdampak pada kehidupan kita. Istilahnya, mengenolkan perasaan. Kisah hidup kita yang dulu menyesakkan, getir, atau bahkan tragis bisa kita sikapi dengan perasaan yang normal. Semacam
peredaran darah normal, jantung menerima darah yang kotor (berkarbon dioksida) lalu mengeluarkan kembali darah yang bersih (beroksigen). Hal itu terjadi karena ada proses normalisasi di paru-paru yang menukar CO2 dengan O2. Seperti itu pula, perasaan kita dinormalisasi dengan melepas energi negatif yang kita pernah terima dan menyerap energi positif yang ada di alam.

Kita bisa kembali ke awal lagi. Di saat jiwa kita masih fitrah, ia akan memancarkan energi positif, apapun yang terjadi. Bahkan ketika ia mengalami guncangan yang dahsyat, akan lebih mudah untuk tenang kembali. Alam akan memancarkan frekuensi yang sama untuk membuatnya kembali ke titik balik yang baik.

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu