Best-friend

Adult Life Crisis. Mungkin aku telah sampai pada kepingan puzzle terakhir sebelum menyimpulkan apa sahabat itu sebenarnya. Ketika hidupmu terasa begitu cepat berlalu sementara pekerjaan tak kunjung rampung. Sahabat datang untuk hadir menertawakan kehidupan dan menikmatinya bersama. Tidak ada kata 'selalu' atau 'tumben' karena sahabat tak selalu bisa ditebak, tapi rasanya selalu dapat mengerti dan terkoneksi.

Belajar soal unconditional love kepada sahabat bahkan dari hal-hal yang tidak disadarinya. Ketika ia rela memarahimu saat kamu lengah, saat ia diam seolah tekun mendengarkan padahal ia sedang dilanda bosan.. Terkadang ia begitu menyebalkan dan ingin dipenuhi keinginannya hanya untuk menunjukkan pada dunia bahwa ia punya sahabat.

Padahal engkau siapa?

Trust issue. Ketika mulai membicarakan hal-hal serius dan masa depan, kau mulai banyak gelisah. Ada harap dan cemas di sana. Sepertinya imaji dunia yang dibangun segera sirna bila kau melangkah sekali saja. Melesat menjauh dari orbitnya. Takut kalau-kalau terpental jauh dari lingkaran yang mengitari kita.

Ya anggap saja, dunia baru di seberang sana akan menjagamu juga. Tidak sepertiku yang bahkan tidak becus mengelola impian-impianku sendiri. Aku putuskan aku akan baik-baik saja. Dan kau juga, tidak pernah bergeser sejengkalpun keberadaanmu di dalam zonasiku.

Sampai jumpa.

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu