Tentang proses yang mengalami perubahan fantastis. Membuat orang dengan sekejap mata dapat terpana. Sebab, betapa canggihnya, bahasa kekinian yang mewakili tentang kecepatan dan kehebatan.
Saya punya teman bernama Nezha yang selalu terdengar lucu sekali tiap kali ia bicara atau bercerita. Ketika bercerita tentang jalan-jalan misalnya, pasti ia mengatakan brum-brum, ngeng-ngeng , atau suara lain yang ia sebutkan berikut nada suaranya yang menjadi hiburan tersendiri bagi pendengarnya. Lebih seru dan menarik rasanya jika ia bercerita menggunakan bunyi-bunyi ekspresif seperti itu meskipun ceritanya sendiri biasa saja. Sampai pada akhirnya para volunteer Kafe Baca Ceria* agak ketagihan mendengar ceritanya –bunyi-bunyi yang ia peragakan– dan menyebutnya sound effect . Ternyata bunyi-bunyi yang dirupakan kata tersebut dinamakan onomatopoeia (mulai sekarang kita singkat onom, ya). Kosakata yang terbentuk tidaklah memiliki makna atau arti tersendiri, hanya berupa bunyi saja. Di Jepang, terdapat banyak sekali onom yang sering muncul di komik masa saya dulu saat masih kanak-kanak hingga sekarang. Yang terkenal misalnya, bunyi zaaz atau zaa-zaa ketika hujan deras d
Izinkan aku sekadar membangun ruang bagi impianku. Izinkan aku memanggilmu anda, supaya ada sedikit jarak yang membuatku lebih leluasa. Ruang itu kini membesar tetapi temboknya kian tipis dan transparan. Anda pun memaksa membuat keakuanku menjadi kita. Kita mengubah apa-apa yang sudah kuletakkan di sana, padahal dulu selalu pada tempatnya. Sampah itu kini tercipta meski tak kuizinkan keluar dari kotaknya. Biar, biar aku yang bertanggungjawab atasnya. Nantilah kubuang kapan-kapan saat tak ada orang. Biar kumengendap-endap di malam senyap supaya besok pagi semua senang. Maaf-ku tiba-tiba meloncat begitu saja hinggap pada tanda tanya. Tak kusangka perlahan kau, wujud revolusi dari anda, menyelidiki semua. Ketika ruang itu bergetar hebat, kau masih di sana entah menungguh runtuhnya. Tapi kemudian kau ambilkan selembar kertas origami berwarna. Lapuk-lapuk yang tak kumengerti kau tutupi dengan kerajinan bangau berdiri. Lalu kudengar ketel berbunyi, saatnya minum teh sambil
Keluh-kesah mewarnai sepanjang hari. Namun di salah satu hari itu, pelajaran yang ia dapat, melompat dari sebuah buku. Judulnya "Pedang Samurai dan Bunga Seruni." Bikinan orang Jepang? Bukan. Lagi-lagi penelitinya orang Barat. Namun serangkaian representasinya mendekati benar. Hingga pagi itu memberi bukti. Tidak mungkin seseorang bisa berjalan sambil tidur, apalagi berperang. Namun tentara Jepang, pada puluhan tahun lalu, berbaris menempelkan senjatanya di punggung temannya sambil berjalan ke arah musuh. Taktik mereka bukan gerilya, tetapi mereka tidur dan bangun di saat yang tepat. Mereka melakukan keduanya sambil berjalan terus hingga musuh gentar. 'Pertanyaan saya adalah: kekuatan apakah itu?' 'Kekuatan itu adalah semangat kesungguhan hati. Kesungguhan hati yang adalah tidak menipu, berarti "mengerahkan seluruh dirinya", secara teknis dikenal dengan "seluruh dirinya sedang beraksi" ....dan dalam aksi itu tak ada yang ditinggalkan sebaga
Comments
Post a Comment