Hari ke-7: Menjaga Semangat Membaca

Saat membaca sebuah cerita yang menyenangkan, pikiran saya selalu terbawa pada imajinasi ketika saya masih kecil, bermain-main dan bersepeda di lapangan balai RW hingga disengat lebah, sampai saat di rumah saya belajar dengan cara dibacakan bukunya oleh ibu dan ayah.

Mungkin apa yang saya rasakan sekarang seperti iri pada masa kecil saat saya punya banyak waktu yang menyenangkan karena tidak sibuk dengan hal-hal yang berbau dewasa. Saya yang merasa tidak punya kepentingan saat masa itu pun enteng saja ketika diajak mencuci mobil, memasak, dan sebagainya sebagai sesuatu yang baru, seru dan menantang. Terlebih ketika saya mengenal ensiklopedi, saya jadi semakin penasaran dan keingintahuan saya berkembang jauh lebih besar.

Rupanya, hal-hal yang terlihat kecil dan remeh temeh bisa jadi berkesan dan membuat saya menjadi orang yang seperti sekarang. Saya suka membaca. Ternyata sejak di dalam kandung ibu, saya sudah terbawa atmosfer membaca dari ayah dan ibu yang sering berlangganan majalah Ayah Bunda untuk mempelajari perkembangan anak. Berlanjut ketika saya balita, saya mendapatkan bonusan edisi Ayah Bunda berupa tabloid mini yang berisi komik, kuis, atau info menarik tentang sesuatu hal seperti binatang.

Ketika saya beranjak ke usia sekolah, saya jadi suka ke pasar karena selalu dibelikan buku-buku kecil yang berisi dongeng. Sengaja saya kumpulkan serialnya, bahkan masih ada buku cerita yang harganya 250 rupiah saat itu. Full berwarna dan bergambar menarik pula dengan tulisan besar-besar. Kakak saya, yang berbeda jarak usia sekitar 5 tahun, juga menyukai buku sampai-sampai buku dari perpustakaan lupa dikembalikan beberapa tahun lamanya. DIa juga cerewet sekali masalah perawatan buku (tidak boleh dibuka lebih dari 90 derajat! supaya awet tidak tertekuk covernya katanya), diselotip bagian ujung bukunya, diberi nama dan tanda tangan (biar apa coba).

Namun, entahlah, kini cinta itu tidak bersemi seperti sediakala... Kakak saya lebih banyak mengerjakan proyek desain demi membayar kos bulanan dan menabung untuk perkawinan daripada menengok hadiah buku yang diberikan sepupu. Saya lebih banyak scroll timeline mengerjakan proyek komunitas, reading report dan tugas kuliah lainnya yang kadang diselingi tidur.

Mungkin semangat itu perlu dihadirkan lagi dengan cara merindu. Mungkin harus kubuka lagi buku-buku dongeng lumba-lumba yang berisi empat seri itu atau ensiklopedi populer anak yang banyak rusak di bagian halaman dinosaurus. Atau bisa jadi, dengan membaca novel pertama kali yang kuhabiskan kala masih SMP bisa jadi pendongkrak semangat membaca dan menulis yang semakin luntur karena rutinitas kehidupan yang mulai membosankan dan melelahkan.

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

Dimulai dari Sampah di Depanmu

Kemandirian Hari ke 3