Melubangi Jalan Buntu (1)

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Tak pelak, banyak pekerjaan yang sering terlupakan ataupun tak tampung diselesaikan. Selanjutnya, reaksi yang timbul biasanya berupa stres, hasil pekerjaan ngawur, hubungan dengan orang lain retak, dan sebagainya. Sebagai homo sapiens, manusia semestinya selalu punya cara untuk mencari solusi terbaik selain terus berdoa. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya mengenai jalan buntu dan apa saja yang dapat kita lakukan ketika menemui hal semacam itu.

Cermati lingkungan sekitar dengan cara yang berbeda dan nikmatilah apa yang sedang dicermati. Saya pernah mengalami stres luar biasa saat mengerjakan skripsi. Sampai-sampai saya tidak berani bertemu dosen saya kurang lebih dua bulan lamanya. Di tengah himpitan deadline yang membuat galau, saya coba untuk berhenti sejenak dari berpikir soal skripsi dan pergi ke teras rumah. Saya pandangi tanaman depan rumah, kemudian saya sirami pelan-pelan. Saya amati saja gerak daun-daun tertiup angin dan berbulir air bekas siraman. Saya coba melihat langit (yang ini memang saya suka), mencermati bersihnya, warna biru benderangnya, dan sedikit awan berarak. Beberapa menit setelah itu saya masuk ke dalam dan.....

skripsi saya langsung selesai.

Hehe nggak ding :P
Hasilnya saya jadi lebih nyenyak tidurnya. Perasaan tidak sekalut sebelumnya.

Ambil nafas panjang. Sebutkan kalimat thoyyibah semacam hamdalah atau apapun yang membuat diri lebih bersyukur telah diberikan nafas yang lancar. Kadang manusia kalau sudah diberikan kesehatan dan waktu luang suka khilaf, mengeluh sembarangan. Kayak customer service yang kebanyakan dapat komplain daripada dapat pujian. Padahal, semua yang kita dapat ini bukan taken for granted lho. Alias kita diberikan kemurahan hati oleh Allah SWT berupa rezeki serta nikmat lain dalam segala rupa. Jadi, sadarilah apa yang telah kita miliki dan segera syukuri.

Hadapi masalah apapun itu. Jaga jarak boleh supaya tidak gegabah. Tetapi jangan gampang lari dari masalah.Sebab, mau lari kemanapun kita, ujian yang kita dapat, ya, tetap di sekitar masalah itu saja sampai masalah itu kita selesaikan. Mintalah kepada Sang Pemilik Kekuatan untuk menguatkan pundakmu dan meringankan bebanmu. Anggap saja kebuntuan ini sebagai benteng Takeshi yang berusaha ditaklukkan oleh prajurit yang tak pernah lupa berdoa dan minta didoakan, "doakan saya yaa.. Saya pasti bisa!" Meskipun terdengar cheesy, tetapi cukup efektif lho kalau diulang-ulang dan akan menjadi kalimat afirmatif yang masuk ke pikiran bawah sadar.

Yak, itulah tiga tips pertama dari saya yang mungkin nggak langsung tokcer ya, mohon maafkan.. Berikutnya saya akan berikan tiga tips yang dengan izin-Nya mudah untuk dilakukan dan menghalau kebuntuan.

Stay calm and positive :)

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu