Refleksi H-41

Selama ini, saya berpegang erat dengan doa "Yaa Muqollibal qulub, Tsabbit qolbi alaa diinik (Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balik Hati, tetapkanlah hatiku di atas jalan ini)." Saya menancapkan harapan bahwa saya akan tetap di jalan ini meski masih sering terjatuh dan iman compang-camping. Berupaya untuk tetap hadir di barisan pemohon ampunan meski selusuh-lusuhnya amalan. Pernah suatu ketika saya sedih sekali karena tak bisa menangis. Terasa berat dan sesak tapi tak bisa mengungkapkannya di hadapan Allah SWT. Di situ saya merasa hina sekali...

Tapi kemudian saya kembali diingatkan tentang keluasan ampunan Allah SWT melalui berbagai cara-Nya. Kadang pengingat itu hadir via Facebook, Instagram, Tumblr, orang lewat, teman sejawat, dan lain-lain. Allah SWT selalu punya cara mengetuk hati hamba-Nya. Lembut sekali. (Saya nulisnya hampir nggak kuat nahan air mata. Mana orang-orang di rumah belum pada tidur. Kan malu, ngetik kok sambil nangis, hehe)

Akhir-akhir ini, sedang viral video seorang ustad yang ceramahnya nampol. Namanya Ustad Hanan Attaki. Meski videonya hanya satu menit, saya bisa menangkap apa yang disampaikan dalam pesannya. Tentang Allah SWT yang senantiasa menantikan taubat hamba-Nya meskipun malaikat bilang kalau manusia itu lho maksiat terus, lupa terus. TT Tapi Allah SWT masih menjawab "kalau gitu ya tunggu aja, lihat aja nanti..." sampai sebelum akhir hayatnya, si manusia akhirnya berkata, "ampuni aku ya Allah.." dan Allah SWT bilang "tuh kan malaikat, dia akhirnya taubat.."

Allah selalu membuka lapang-lapang pintu taubat. Jika kita berjalan menuju Allah, Allah akan berlari kepada kita. Tidak ada yang lebih menggembirakan hati ketika doa kita diijabah bukan? Saya sempat merubah format doa saya yang awalnya agak materialis seperti minta barang, minta nilai ujian, dan sebagainya menjadi doa minta ketenangan hati, kesabaran, dan doa supaya bisa baca Al-Qur'an dengan istiqomah meskipun saat itu saya jarang sekali pegang mushaf. Meski masih belepotan dosa, saya cuman bisa memanjatkan doa supaya Allah perkenankan saya jadi hamba-Nya yang selalu kembali ke jalan yang lurus. Pokoknya jangan sampai saya jauh-jauh banget menggoknya.

Dan... duh.. nggak terasa udah mau Ramadhan, diri ini masih kumus-kumus. Ibarat pertama kali masuk sekolah, saya rasa persiapan menjelang Ramadhan dari segi mental ini perlu sekali. Sudah siap belum untuk berlapar-lapar? Sudah siapkah untuk berlelah-lelah mengaji? Sedekahnya apa kabar? Saya jadi berpikir nanti mau mencetak prestasi seperti apa di bulan itu dan strategi apa yang harus dilakukan supaya waktu sebulan itu tidak sia-sia.

Jadi, mumpung 'masih' h-41, mari kita siap-siap mengikuti pelatihannya Allah dalam rangka lebih dekat pada-Nya. Bisa dimulai dari mengurangi hal yang percuma seperti scrolling timeline dan wisata kuliner *note to myself*

Semoga apa yang kita upayakan mendapatkan ridho Allah SWT.
Keep going!

Comments

  1. Aaakk dek meu.. 😭😭😭 Ngga kuat nahan emosi di bagian : Allah bilang, tuh kan malaikat, dia taubat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahai Mbak Unknown, di situ saya juga terharu dan kepingin ngundang ustadnya ke Sby :"

      Delete
  2. Baca ini jadi inget dosa, tiap hari minta ampunan tp tiap hari pula ngelakuin dosa baik sngaja maupun enggak...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu