Tips Menyayangi Buku

Buku tak mau hanya sekadar dirawat tetapi juga disayang. Itulah kenapa para pecinta buku rela mengeluarkan kocek tanpa berpikir panjang untuk membeli, membelikan rumah untuk bukunya, dan menyiapkan berbagai pernak-pernik buku. Di sini, saya ingin mengutarakan bagaimana sebenarnya perasaan saya terhadap buku dan apa yang perlu dilakukan supaya hubungan mutualisme dengan buku bisa langgeng. Ah, maksud saya, biar buku awet meski tua dan kita dapat manfaat sampai tua. Ini dia:

1. Belilah buku yang benar-benar ingin kau baca
Jangan sekali-kali karena terpengaruh diskonan jadi ingin beli semua buku di rak promo. Jangan pernah diperdaya oleh teknik marketing buku yang keterlaluan. Kedengarannya memang tega tapi ini bagian dari ungkapan bahwa kita memang pecinta buku, bukan kolektor buku. Boleh sih ya beli buku promo, apalagi dalam jumlah banyak. Akan tetapi, pastikan itu benar-benar dibaca atau minimal sampai ke tangan pembaca, bukan cuma pembeli. Misalnya, disumbangkan ke taman baca atau diberikan ke sanak saudara.

2. Tuliskan nama dan tanggal pembelian
Kebiasaan ini ditanamkan ayah saya sejak kecil. Saya pernah menemukan buku ayah yang dibeli tahun 1982 bahkan jauh sebelum itu karena saya tahu di halaman setelah sampul ada bukti otentiknya. Meski bukunya sudah menguning, kesan membacanya justru semakin asyik dan menarik. So rustic, everlasting fancy.
Saya juga terkadang menyelipkan kota atau hal yang mengingatkan saya saat-saat membeli buku tersebut. Apalagi sempat meminta tanda tangan penulisnya. Berkesan sekali,

3. Perlakukan buku seperti sahabatmu
Maksudnya, janganlah menyakiti buku dengan melipat, memasukkan paksa ke dalam tas, atau melempar sembarangan. Sampuli buku dengan penuh rasa seperti sedang membungkus kado untuk sahabat. Jangan pernah mencoret buku dengan hal-hal yang tidak relevan seperti catatan hutang, catatan belanja, atau mencoba bolpen baru. Letakkan buku di tempat istimewa seperti di rak buku atau meja. Jangan ditaruh di kardus terlalu lama karena akan mengurangi value dari buku tersebut. Selain itu, tidak menaruh di kardus atau lantai gudang berguna untuk menghindari jamur atau rayap.

4. Jangan pinjamkan bukumu
..... kepada orang yang tidak tepat. Yakinlah terlebih dahulu bahwa orang yang ingin dipinjami buku nggak slengekan  alias bisa dipercaya untuk menjaga agar buku tetap awet dan kembali ke rak bukumu. Nah, makanya, biasakan punya catatan peminjaman buku (note to my self). Saya pernah trauma meminjamkan buku kepada orang lain dan kembali dalam kondisi mengenaskan: lecek, basah, dan kotor. TT Selain itu, kebiasaan saya kalau sudah terlanjur semangat berbagi pinjaman buku, membuka perpustakaan mini di kampus, saya tidak mengecek keberadaan buku itu dalam waktu lama..... dan akhirnya, tetot, beberapa buku dinyatakan hilang. Sedih pol.....

5. Membaca ulang dan menulis resensi
Ini adalah bagian tips yang horor. Sebab, saya takut kaburo maqtan alias tidak bisa mengamalkan :(
Selama ini saya hanya membaca ulang beberapa buku saat butuh masukan atau sekadar mengobati kangen nostalgia dengan buku tersebut. Tetapi sekarang rasanya kalau buku tidak dibaca lagi, manfaat bukunya bisa berkurang. Menulis resensi adalah satu cara yang cukup efektif untuk menyimpan memori terbaik saat membaca buku. Selain itu, manfaatnya juga bisa dirasakan oleh orang lain yang ingin membaca atau membeli buku, juga penerbit dan penulis yang turut mendapat efek samping bukunya laris. Saya jarang menuliskan resensi buku yang "buruk." (Lha yang baik aja jarang, hehe) Buku yang bagus masih banyak yang perlu dibaca dan diberi penghargaan berupa resensi.
  
Andaikan buku bisa bicara, mungkin dia (atau mereka) sudah teriak-teriak di kamar saya minta dibaca dan dirawat. Sekarang sudah banyak gerakan membaca dan promo buku yang seharusnya membuat masyarakat tergiur untuk lebih suka membaca. Semoga saja jumlah buku yang dibaca anak Indonesia dalam setahun lebih banyak dari jumlah diri mereka sendiri.

Keep reading yaa :)

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

2: Caraku Memandang Dunia Tak Lagi Sama

Dimulai dari Sampah di Depanmu