Low Maintenance Friend

Tentang teman yang tak banyak tuntutan. Saya bingung membahasa-Indonesiakannya. Maafkan~ Haha

Berteman dengan orang-orang yang berprinsip low maintenance friend ini menyenangkan. Nggak butuh keruwetan. Apapun yang kita miliki tidak sering diprotes atau dikritisi. Nggak butuh drama. Berkonflik sih boleh, tapi nggak yang ngomong di belakang terus membuat isu-isu negatif alias gosip dan pembunuhan terencana. Nggak baperan. Ketika chat atau pesan tidak langsung dibalas, mereka bisa memahami keadaan yang mungkin lagi nggak bisa pegang HP atau lagi mikir mau jawab apa. Saya merasa sangat beruntung memiliki teman-teman yang langka seperti itu (disamping teman yang lain juga ada banyak tapi nggak dekat).

Ketika kita lagi pergi jauh mereka tidak pernah membebani dengan meminta oleh-oleh. Malah lebih banyak memberi saran dan doa supaya aman di perjalanan. Saat kita sibuk dengan pekerjaan atau belajar, teman kita tidak lantas mencibir 'sok-sokan' tetapi memilih untuk mengerti dan mengusulkan berkumpul lain kali. Namun, sekalinya bertemu, rasanya tidak pernah cukup waktu. Rasanya ada banyak hal yang ingin dibagi.

Mungkin semakin matang dan dewasa, seseorang jadi lebih bisa bertoleransi dengan keadaan orang lain. Sifat egois dan hanya berfokus pada diri sendiri yang biasanya muncul di usia kanak-kanak semestinya sudah hilang. Berteman pun tidak harus sehoror seperti yang ada di sinetron atau film layar lebar yang kemana-mana mesti bareng. Ke kamar mandi bareng, ke mall bareng, lulus bareng, dan segambreng hal lainnya. Nah, iya kalau urusannya sama semua dan perannya cuman di sinetron. Di dunia nyata, makin bertambah umur, peran seseorang makin banyak. Daripada begitu, mending waktu dan kesempatan dibuat untuk melakukan hal bersama yang lebih positif dan bermanfaat. Semacam ikut kajian bareng, i'tikaf bareng, baksos bareng dan kegiatan dakwah/sosial lainnya.

Teknologi yang sangat memudahkan komunikasi dengan orang lain dari penjuru manapun kadang membuat pertemanan itu menjadi rumit. Tanda centang biru saja kadang bisa jadi pemicu konflik. Sempat dengar, (entah nyata atau tidak) gegara chat tidak segera dibalas, pertemanan seseorang harus berakhir. Padahal kalau memang butuh cepat dan genting sekali, bisa menggunakan fitur telepon. Ya kan? Hehe. Yah, tapi ini hanyalah satu prinsip yang kadang tidak semua orang sepakat. Mungkin memang ada manusia yang membutuhkan teman yang selalu ada di saat ia butuh (hmm, bukannya temannya itu juga manusia yang punya kebutuhan/urusan juga?). Juga ada teman yang merasa dihargai saat kalau si teman ada apa-apa ia selalu yang pertama tahu segalanya. Sehingga, semua pilihan prinsipil ini bisa dikembalikan lagi ke tiap-tiap orang. Yang penting semuanya merasa nyaman saat berteman.



Peace, XOXO

*kekinian

Comments

Popular posts from this blog

Onomatopoeia: Ekspresif dalam Kosakata

Dimulai dari Sampah di Depanmu

Kemandirian Hari ke 3